Photobucket

Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Upacara Pernikahan Adat Cirebon

Cirebon terletak di pesisir utara perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah yang pernah mengalami masa kejayaan sebagai salah satu pusat perkembangan Islam di Pulau Jawa. Ditunjang posisi geografisnya, Cirebon memiliki kekayaan budaya yang beragam dengan keunikan dan daya tarik tersendiri. Peninggalan kejayaan Cirebon di masa silam masih dapat dirasakan hingga saat ini. Sebagai kota pelabuhan yang memiliki akses ke dunia luar membuat kota ini mendapat pengaruh dari budaya Cina dan Arab yang dapat dilihat dalam seni dan budaya masyarakatnya, termasuk dalam tata cara pernikahan. Seperti halnya adat pengantin Jawa, awal dari seluruh upacara ialah acara lamaran. Sewaktu melamar pihak calon mempelai pria membawa sebilah keris untuk melambangkan kesetiaan, juga keperluan dapur lengkap. 

Berikut adalah tahapannya:

Njegog atau tetali (meminang)
Utusan pihak pria datang ke rumah orangtua gadis dan menyampaikan maksud kedatangannya meminang. Ibu si gadis akan memanggil anaknya untuk dimintai persetujuan. Si gadis bbmemberikan jawaban disaksikan utusan tersebut. Setelah mendapat jawaban, utusan dan orangtua si gadis langsung berembug menentukan hari pernikahan. Setelah ada kesepakatan, utusan mohon diri untuk menyampaikan kepada orangtua pihak pria.

Seserahan
Pada hari seserahan, orangtua gadis didampingi keluarga dekatnya menerima kedatangan utusan pihak pria yang disertai rombongan pembawa barang seserahan, antara lain buah-buahan, umbi-umbian, sayur-mayur, pembawa mas picis yaitu mas kawin berupa perhiasan dan uang untuk diserahkan kepada orangtua gadis.

Siram tawandari
Kedua calon pengantin oleh juru rias dibawa ke tempat siraman (cungkup) dengan didampingi orangtua dan sesepuh. Saat berjalan menuju tempat siraman dengan iringan gending nablong, calon pengantin memakai sarung batik khas Cirebonan yakni kain wadasan. Biasanya berwarna hijau yang melambangkan kesuburan. Sebelum siraman, dada dan punggung calon pengantin diberi luluran lalu juru rias mempersilakan orangtua dan sesepuh untuk bergantian menyirami. Setelah selesai, air bekas siraman diberikan kepada anak gadis dan jejaka yang hadir dengan maksud agar mereka dapat segera mengikuti jejak calon pengantin. Upacara ini dinamakan bendrong sirat yaitu air bekas siraman disirat-siratkan atau dipercik-percikkan pada anak gadis dan jejaka yang datang ke acara ini. Apabila calon pengantin masih merupakan keturunan dari Keraton Kacirebonan biasanya sebelum acara pernikahan dilaksanakan, calon pengantin akan melakukan ziarah ke makam Sunan Gunung Jati dan leluhur raja-raja Cirebon untuk mendapatkan restu.

Parasan
Setelah acara siraman, upacara dilanjutkan dengan acara parasan untuk calon pengantin wanita, atau ngerik yaitu membuang rambut halus yang dilakukan juru rias disaksikan oleh orangtua dan para kerabat. Acara ini diringi dengan musik karawitan moblong yang artinya murub mancur bagaikan bulan purnama.

Tenteng pengantin
Tibalah hari pernikahan yang telah disepakati, pihak gadis mengirimkan utusannya untuk menjemput calon pengantin pria. Setiba di rumah keluarga pria dan utusan menyampaikan maksud kedatangannya untuk menenteng (membawa) calon pengantin pria ke tempat upacara pernikahan di rumah pihak gadis. Orangtua pengantin pria tidak ikut dalam upacara akad nikah dan dilarang untuk menyaksikan. Pada waktu ijab qabul, calon pengantin pria ditutup dengan kain milik ibu pengantin wanita. Hal ini menandakan bahwa pria itu telah menjadi menantunya. Setelah selesai kain itu diambil kembali, yang menandakan bahwa pengantin sudah tidak lagi dalam perlindungan orangtua dan sekarang memiliki tanggung jawab sendiri.

Salam temon
Selesai akad nikah dilakukan upacara salam temon (bertemu). Kedua pengantin dibawa ke teras rumah atau ambang pintu untuk melaksanakan acara injak telur. Telur yang terdiri dari kulit, cairan warna putih dan kuning di dalamnya mengandung makna
 kulit sebagai wadah/tempat, putih adalah suci/pengabdian seorang istri, kuning lambang keagungan. Dengan begitu segala kesucian dan keagungan sang istri sejak saat itu sudah menjadi milik suaminya. Alat yang digunakan antara lain pipisan atau sejenis batu persegi panjang/segi empat yang dibungkus dengan kain putih. Pengantin pria menginjak telur melambangkan perubahan statusnya dari jejaka menjadi suami dan ingin membina rumah tangga serta memiliki keturunan. Pengantin wanita membasuh kaki suaminya yang melambangkan kesetiaan dan ingin bersama-sama membina rumah tangga yang bahagia. Sebelum membasuh kaki, pengantin wanita melakukan sungkem pada suaminya. Bila pengantin berasal dari keluarga yang cukup berada, biasanya saat acara salam temon ini diadakan acara gelondongan pangareng yaitu membawa upeti berupa barang (harta) yang lengkap.

Sawer atau surak
Acara ini diadakan sebagai bentuk ungkapan rasa bahagia orangtua atas terlaksananya pernikahan anak-anak mereka. Uang receh yang dicampur dengan beras kuning dan kunyit ditaburkan sebagai tanda agar kedua pengantin diberikan limpahan rezeki, dapat saling menghormati, hidup harmonis dan serasi.


Pugpugan tawur
Dengan posisi jongkok, kepala pengantin ditaburi pugpugan oleh juru rias. Pugpugan terbuat dari welit yaitu ilalang atau daun kelapa yang sudah lapuk. Acara ini bertujuan agar pernikahan dapat awet bagaikan welit yang terikat erat sampai lapuk serta keduanya dapat memanfaatkan sebaik mungkin rezeki yang mereka dapatkan dengan baik. Selesai acara, oleh juru rias, pengantin dibawa ke pelaminan. Orangtua pengantin pria lalu dijemput oleh kerabat dari pengantin wanita untuk bersama-sama mendampingi pengantin di pelaminan.

Adep-adep sekul (makan nasi ketan kuning)
Acara pengantin makan nasi ketan kuning ini dipimpin oleh juru rias. Nasi ketan kuning dibentuk bulatan kecil 13 butir. Pertama, orangtua pengantin wanita menyuapi pengantin sebanyak empat butir. Dilanjutkan dengan orangtua pihak pria memberi suapan sebanyak empat butir. Lalu empat butir lagi, kedua pengantin bergantian saling menyuapi. Sisanya satu butir untuk diperebutkan, siapa yang mendapatkan butiran nasi ketan kuning terakhir melambangkan bahwa dialah yang akan mendapatkan rezeki paling banyak .Namun rezeki ini tidak boleh dimakan sendiri dan harus dibagi pada pasangannya. Saat acara berlangsung, kedua pengantin duduk berhadapan yang melambangkan menyatunya hati suami-istri untuk membina rumahtangga bahagia. Selain itu, acara adep-adep sekul ini juga mengandung arti kerukunan dalam rumah tangga, yaitu terhadap pasangannya, orangtua, serta mertua.

Sungkem pada orangtua
Kedua pengantin melakukan sembah sungkem pada orangtua dengan cara mandap (berjongkok) yang merupakan cerminan rasa hormat dan terima kasih kepada orangtua atas segala kasih sayang dan bimbingan yang selama ini dicurahkan kepada anaknya. Kedua pengantin juga memohon doa restu untuk membina rumah tangga sendiri bersama pasangan. Setelah acara sungkem, dilagukan kidung Kinanti dengan harapan agar pengantin dapat menjalankan bahtera rumah tangganya seia, sekata, sehidup, semati.

Pemberian doa restu, ucapan selamat, dan hiburan
Setelah memperoleh restu dari orangtua, pengantin mendapatkan ucapan selamat berbahagia dari sanak kerabat yang hadir. Biasanya juga diadakan acara hiburan seperti tari-tarian yaitu tari topeng, tari bedoyo dan tari tayub.

 
Pernikahan Putra Mahkota Kasultanan Cirebon November 2013
 
Pasangan suami istri PR Luqman Zulkaedin dan Ratih Marlina (tengah)
 diapit kedua orang tua masing-masing di pelaminan. (sumber:suara gratia)

Raja Kesultanan Cirebon, Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadingrat, memiliki hajat besar. Yaitu menikahkan putra mahkota Elang Raja Luqman Zulkaedin yang mempersunting Ratih Marlina. Uang koin 3 Dinar dan 14 gram emas sebagai tanda mahar yang diberikan Luqman kepada Ratih saat akad nikah. Konon, pernikahan Luqman dan Ratih adalah pernikahan kesultanan pertama yang kembali menggunakan dinar sebagai mahar. Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Cirebon, menjadi tempat akad nikah Elang Raja Luqman Zulkaedin dan Ratih Marlina.

Saat pengucapan ijab qabul, Luqman tidak didampingi Ratih Marlina. Usai ijab qabul dibacakan dan dinyatakan sah oleh para saksi, Ratih baru memasuki ruangan akad nikah dan sungkem kepada Luqman, mengikuti tradisi Temon.  Setelah itu, Luqman menyerahkan mas kawin berupa seperangkat alat shalat, uang koin 3 dinar, dan 14 gram emas.

Prosesi dilanjutkan dengan penandatangan dokumen dan rombongan pengantin kembali menuju Bangsal Prabayaksa untuk melakukan adat pernikahan. Bak raja dan ratu, Luqman menggunakan pakaian adat khas keraton dengan tanda bunga di blangkon sebelah kiri, dan mahkota sebagai tanda pakaian khas keraton yang digunakan Ratih Marlina. Lambaian tangan dan senyuman bahagia tidak henti-hentinya ditunjukkan kedua mempelai sepanjang jalan menuju Bangsal Prabayaksa.

Tradisi pernikahan putra keraton ini seperti melihat miniatur kirab, karena rombongan kembali diiringi para prajurit dan pasukan sebagai adat khas keraton. Setibanya di Bangsal Prabayaksa, acara dilanjutkan dengan adat pernikahan yang menggunakan Bahasa Cirebon dan Bahasa Indonesia. Kedua mempelai pertama-tama sungkem kepada kedua orang tua masing-masing. Lalu keduanya melaksanakan prosesi adat injek tigan, banting kendi tutupe tigan dan adep-adep sekul. 

Selain seperangkat alat shalat sebagai mas kawin, ada koin uang 3 dinar dan 14 gram emas yang diberikan Luqman untuk Ratih. Ternyata, ada filosofi di balik mas kawin itu. Koin uang 3 dinar itu melambangkan rukun iman, islam, dan ihsan. Sedangkan, 14 gram emas simbol Sultan Sepuh XIV. Pemilihan dinar sebagai mas kawin untuk mengikuti sunnah Rasul. Dinar tersebut didapatkan dari pendirikan baitul mal di keraton yang mencetak koin dinar dan dirham. Satu dinar jika dirupiahkan senilai Rp2 juta, sedangkan satu dirham Rp70 ribu. Dinar dirham bukan mata uang satu negara, tapi mata uang syariah. Ini sebagai sunah nabi dan warisan Sunan Gunung Jati sebagai perintis syiar islam di Pulau Jawa

READ MORE >> Upacara Pernikahan Adat Cirebon

Gaun Pengantin Adat Cirebon Dan Filosofinya

Perlu kiranya kita mengenal dalam acara pernikahan dalam adat daerah Wong Cirebon,dan kita juga perlu tau apa maksud dan arti pakaian yang kita kenakan ketika acara Sakral Pernikahan yang pernah kita pakai mari kita simak penjelasan dibawah ini agar kita mengenal adat budaya Wong Cirebon,tentunya kita harus bangga sebagai Wong Cirebon Jeh

Busana pengantin Cirebon ada dua macam,yang berwarna hijau kombinasi ungu dengan model kemben dan dilengkapi teratai yang sewarna dengan kemben pada bahu dan dadanya,disebut pakaian pengantin corak kebesaran,sedangkan yang model kebaya dan jas dari beludru hitam atau hijau disebut busana pengantin bercorak Kepangeran.


Sejak tahun 1985,busana pengantin yang lazim digunakan oleh dua Keraton Cirebon yakni Kasepuhan dan Kanoman ditetapkan sebagai busana pengantin Cirebon maka busana pengantin kedua keraton kini resmi sebagai busana adat pengantin Cirebon,karena berasal dari dua keraton mka busana pengantin Cirebon pun terbagi menjadi dua macam yakni busana pengantin Kepangeran yang berasal dari Keraton Kasepuhan dan Busana pengantin kebesaran yang berasal dari Keraton Kanoman,tapi karena kedua keraton tersebut yang memang pada awalnya merupakan keraton yang sama maka tak heran kiranya jika kemudian aksesoris yang dipakai dalam busana pengantin kedua keraton ini memiliki kesamaan satu sama lain,begitupun dengan makna-makna dari simbol yang terkandung didalamnya sbb :


1.Busana Pengantin Wanita

Busana yang dikenakan oleh pengantin wanita untuk menutup bagian atas tubuhnya digunakan kemben hijau yang berhiaskan Manik-manik warna keemasan dan untuk menutup bagian bawah sendiri digunakan kain berlancar dan dodot Cirebonan dengan warna dasar
Violet muda yang diberi motif dengan bentuk besar-besar disetiap pojoknnya,sedangkan untuk bagian dada hingga ke leher digunakan tratean,yaitu sebuah kain yang berbentuk melingkar yang fungsinya untuk menutup bagian dada,bahu hingga ke belikat.Untuk warna,motif dan bahan yang digunakan untuk teratean ini disesuaikan dengan motif,warna dan bahan yang digunakan untuk kemben agar telihat senada dan tak terkesan tumpang tindih.makna yang terkandung dalam teratean ini sendiri adalah berasal dari kata teratai yaitu sejenis bunga yang tumbuh di air dan limpur tapi memiliki bunga yang sedemikian indah,jadi dengan kata lain makna dari terataian ini adalah bahwa pengantin wanita ini ibarat bunga teratai yang sedang mekar,dan tak penting lagi ini seperti apa asal usulnya ,dari mana berasal,dan sebagainya,

Untuk aksesoris yang dipakai pengantin wanita sendiri adalah
antara lain Mahkota Suri berhias permata asem jarot yang dikenakan di kepala di kepala yang telah bersanggul,makna dan simbol yang terkandung dalam mahkota yang terpasang di kepala ini sendiri adalah bahwa mulai hari itu sang mempelai wanita merupakan seorang ratu,baik saat ini selaku pengantin maupun hingga nanti sebagai ratu bagi suami dan rumah tangganya,disamping itu dengan memakai mahkota seperti ratu itu diharapkan nantinya dalam mengarungi rumah tangga sang perempuan bersikap layaknya ratu yang tiap laku lampahnya menyorotkan sinar keagungan,menjaga kehormatan suaminya dan sebagainya.

Kemudian aksesoris lain yang dipakai oleh pengantin perempuan adalah untaian bunga melati yang menjuntai dari pelipis hingga kedada,giwang yang dikenakan di telinga kiri kanan,cincin yang dikenanakan di kedua jari manis,kalung tiga susun yang seolah-olah tertempel pada teratean untuk menghiasi leher dan dada,kelat bahu berbentuk naga yang dikenakan dibagian lengan dekat bahu yang bermakna bahwa sang pengantin tetap siap secara fisik maupun
mental untuk mengarungi bahtera rumah tangga,gelang kono yang dipakai di kedua pergelangan tangan yang dari bentuknya yang membulat memiliki makna atau simbol dari kebulatan tekad,sabuk yang melingkar di pinggang yang terbuat dari emas atau logam lain yang disepuh dengan warna keemasan dan yang terakhir adalah selop berhias manik-manik yang motif dan warnanya disesuaikan dengan warna kemben dan teratean pada bagian dada.

Jika kita amati,busana pengantin dan aksesoris yang dipakai oleh mempelai wanita ini didominasi oleh kedua jenis warna yakni hijau dan kuning,ini jelas bukan sekedar warna tanpa makna,warna hijau dalam tradisi islam merupakan manifestasi  dari kata Rahmaan dan kuning sendiri adalah simbol warna untuk kata Rahiim,jadi kedua warna tadi yaitu hijau dan kuning merupakan simbol dari kalimat BASMALAH yang merupakan kalimat yang selalu diucapkan umat islam setiap akan melakukan sesuatu.Basmalah adalah gerbang dari segala perbuatan kedepan yang akan dilakukan,untuk itu dengan hijau dan kuning yang berarti mengucap Basmalah,mengingat kepada sang pengantin bahwa perkawinan ini haruslah diawali dengan niat baik demi untuk menggapai Ridho Allah.


2.Busana Pengantin Pria

Pada bagian kepala pengantin Pria dikenakan sebuah mahkota yang berbentuk bundar dan menyempit keatas dengan
tinggi sekitar 25 cm,dan terbuat dari bahan berudru berwarna hijau yang dilapisi dengan emas dan permata disekeliling lingkarannya,makna simbolik dari mahkota yang disebut sebagai mahkota Prabu Kresna ini adalah bahwa dengan memakai mahkota ini diharapkan nantinya sang pengantin pria kelak ketika memimpin rumah tangganya memiliki kecakapan seperti halnya Prabu Kresna yang dikenal sangat adil,bijaksana,dan tangguh dalam menlindungi keluarganya.

Untuk bagian atas tubuh pengantin pria dikenakan baju
oblong berwarna putih atau gading,baju ini berlengan pendek,kemudian untuk menutupi bagian dada seeperti hanya pada pengantin perempuan,dikenakanlah teratean dengan motif dan warna yang sama persis dengan yang dikenakan oleh pengantin perempuan yang memiliki makna bahwa keduanya memang sehati dan suyunan dalam memutuskan menjadi suami istri,satu-satunya yang membedakan teratean yang dikenakan oleh pengantin pria dengan pengantin perempuan ini hanyalah pada masalah bentuk saja,disesuaikan dengan lambang yoni dan lingga.

Untuk bagian bawah pengantin pria mengenakan celana tiga perempat yang jatuh beberapa centi dibawah lutut,celana yang pada bagian bawahnya terdapat sulaman benang emas ini terbuat dari beludru yang berwarna senada dengan baju yang dikenakan,pengantin pria juga memakai kain Dodot Khas Cirebon dipinggangnya lalu diatas Dodot batik itu dililitkan satu helai stagen Cinde dan diperkuat dengan kamus epek timang yang juga terbuat dari beludru.


Tak ketinggalan juga selendang dan satu Dodot Kewer yang menhiasi kedua pahanya dibagian depan agak menyamping,dan yang terakhir adalah Keris yang dikenakan dibagian pinggang dengan hiasan ombyok dari bunga mawar disela-sela gagangnya,makna dari keris ini sendiri adalah untuk mengingatkan kepada mempelai pria bahwa
dia harus melindungi keluarganya dari bahaya yang datang dari luar,menjaga keselamatan keluarga merupakan kehormatan terbesar bagi laki-laki.
Untuk aksesoris lain yang dipakai hampir sama seperti yang dipakai oleh mempelai yakni Cincin,Kalung,Kelat bahu berbentuk Naga,Gelang kuno dan sebagainya.
READ MORE >> Gaun Pengantin Adat Cirebon Dan Filosofinya

Sejarah Desa Sigong

Alkisah pada masa perkembangan islam yang sangat pesat di tanah jawa khususnya di Cirebon yang dimotori oleh Kanjeng Sunan Gunung Jati pada masa itu,tidaklah heran apabila banyak orang yang ingin berguru kepadanya untuk memperdalam ajaran islam,karena mereka yakin bahwa agama islam merupakan tuntunan bagi umatnya baik untuk di dunia maupun di akhirat di alam kelanggengan nanti.

Ucap cerita para santri/murid yang sudah pernah berguru pada Sunan Gunung Jati merasa terpanggil untuk ikut serta dalam menyiarkan agama islam di tanah Cirebon sesuai dengan petunjuk dan amanat yang telah ditanamkan kepada seluruh santri santrinya selama menimba ilmu yang begitu cukup lama.


Diantaranya para santri/murid yang berguru pada Sunan Gunung Jati,namanya Ki Kanum dan Ki Serut merupakan murid yang dapat dipercaya untuk ikut bagian dalam menyiarkan agama islam,hingga pada suatu saat Ki Kanum dan Ki Serut mendapat tugas untuk menyiarkan agama islam di wilayah Cirebon Timur.


Setelah mendapat tugas mulia dari Sunan Gunung Jati mereka memohon diri  dan mohon
doa restu untuk berangkat sesuai yang telah di amanatkan oleh Sunan Gunung Jati.

Kepergian mereka berdua dalam pengembaraaannya dilakukan dengan rasa senang hati,walaupun harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan dari hari kehari,minggu keminggu bahakan bulan berganti bulan keluar hutan masuk hutan hingga pada suatu saat ia berada di sebuah hutan belantara yang sangat subur makmur,maka disitulah mereka lalu membuat tempat berteduh,semakin
lama mereka berada di tempat tersebut dan semakin betah,karena alamnya yang begitu subur juga aliran sungai/kali yang mengalir cukup jernih,lalu mereka mencoba untuk totor alas/hutan untuk dijadikan pemukiman dan ladang mereka untuk kehidupan sehari-hari.

Melihat ladang yang mereka garap sangat subur,sehingga hasilnyapun sangat memuaskan,sehingga lama kelamaan pemukiman tersebut banyak di datangi oleh orang-orang yang ingin mencari kehidupan baru,kedatangan mereka tersebut oleh Ki Kanum dan Ki Serut disambut dengan rasa senang hati sambil diajarkan cara tanam di ladang yang ia garap,sedangkan pada waktu malam mereka diajarkan tentang agama Islam hingga larut malam.


Tentu saja dengan rasa senang hati mereka belajar di segala bidang ilmu,maka ki Kanum dan ki Serut membimbing mereka sangat luwes dan tegas,sehingga mereka merasa segan kepada Ki Kanum.Di tempat tersebut kehidupannya sangat tentram ayem tak seorangpun berani mengganggunnya walau pada masa itu banyak begal/perampok tapi tidak seorangpun yang berani mengusik ketenangan yang ada dilokasi tersebut.


Diwilayah pemukiman itu terdapat kali yang bernama Ciamis,dikali tersebut dengan secara tiba-tiba menjadi suatu daratan yang dapat digunakan sebagai ladang pertanian,ladang tersebut setelah dikelola hasilnya sangat memuaskan,sehingga mereka semakin rajin mengelolah ladang tsb,sedang asyik-asyiknya ia menggarap/mencangkul tiba-tiba diketemukan sebuah alat kesenian berupa GOONG,kemudian benda tersebut ia rawat dengan baik,bahkan dapat dipergunakan manakala mau mengadakan musyawarah dengan memukul Goong tsb musyawarah yang biasanya mereka pergunakan pada waktu menerima ilmu dari Ki Kanum,sehingga tempat tsb dinamakan Sigong.


Pada waktu sore hari menjelang Ashar banyak orang-orang yang mau mandi dan mengambil
air wudlu untuk sholat,kebanyakan orang-orang mandi di kali Ciamis itu adalah orang yang dianggap masih mempunyai darah Biru/orang Agung,sehingga kali tsb sampai sekarang dinamakan Kali Agung.

Lama kelamaan permukiman tersebut berkembang dengan pesat walaupun yang ada di daerah itu satu sama lain merupakan orang pendatang,akan tetapi ia hidup rukun dan damai,berkat bimbingan dan didikan Ki Kanum yang telah ditanamkan kepada mereka,Ki Kanum dan Ki Serut semakin lanjut usianya,hingga pada suatu saat ia dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.


Dan untuk selanjutnya
cita-cita yang menuju masyarakat mengerti tentang ajaran islam kepada anak cucunya kelak dikemudian hari,maka Embah Kuwu Bagong meneruskannya.Embah Kuwu Bagong merasa perlu menjalin kerjasama dengan Ki Kholil Asmanudin dari Ender,untuk merintis dan mengembangkan ajaran agama islam kepada anak didiknya dengan mendirikan Pesantren yang diberi nama Salafiyah yang hingga sekarang masih berkembang di Desa Sigong.
 
dari berbagai sumber


READ MORE >> Sejarah Desa Sigong

Inilah Data Situs Tiap Kecamatan Se-kabupaten Cirebon


I. KECAMATAN ARJAWINANGUN
1. KI KUMADI (KI GEDE BULAK) Ds. BULAK
2. SITUS NYI RATU Ds. GAYONGAN
3. KI WASIAT Ds. JUNJANG
4. KI RUNCUM Ds. ARJAWINANGUN
5. KI GEDE SUROPATI Ds. RAWAGATEL
6. SUMUR KI JAKATAWA Ds. TEGAL GUBUG
7. KI GEDE JAPULA KIDUL Ds. JAPURA KIDUL
8. BALONG KRAMAT Ds. JAPURA KIDUL

II. KECAMATAN BABAKAN
1. SITUS BUYUT CICURI Ds. BABAKAN
2. LINGGA YONI Ds. DOMPYONG
3. BUYUT JAKA BODOH Ds. KARANGWANGUN
4. SUMUR KERAMAT DALAM Ds. KARANGWANGUN

III. KECAMATAN BEBER
1. MAKAM SYEKH DATUL KAHFI Ds. HALIMPU
2. BUYUT WAKJAH Ds. CIKANCET
3. BUYUT MANYANG Ds. SINDANG KASIH
4. BUYUT SANTA MALINDA Ds. SINDANG KASIH
5. ADIPATI KINCIR Ds. SINDANG KASIH
6. SUMUR TUJUH Ds. KONDANG SARI

IV. KECAMATAN CILEDUG
1. SUMUR KERAMAT LEUWEUNG GAJAH Ds. LEUWEUNG GAJAH
2. VIHARA BUDHI DHARMA Ds. CILEDUG
3. SITUS BALE KEBUYUTAN Ds. CILEDUG WETAN

V. KECAMATAN CIWARINGIN
- BALE GEDE GALAGAMBA Ds. CIWARINGIN

VI. KECAMATAN TALUN
- SITUS MAKAM KERAMAT TALUN Ds. TALUN

VII. KECAMATAN CIREBON UTARA
1. MAKAM KI LAYA Ds. KLAYAN
2. ALAS KONDA Ds. JATI MERTA
3. GUNUNGJATI Ds. ASTANA
4. GUNUNG SEMBUNG Ds. ASTANA
5. MAKAM PANDERASAN Ds. KALISAPU
6. NYI AGUNG SELA Ds. WANAKAYA
7. LAWANG GEDE Ds. MERTASINGA
8. MAKAM GLONDONG PANGARENG-ARENG Ds. SIRNABAYA
9. KI GEDE MAYANG Ds. MAYUNG
10. SITUS MAKAM PAHLAWAN TAK DIKENAL Ds. BUYUT


VIII. KECAMATAN DEPOK
1. KI GEDE ANGGA SOYAG Ds. KEDUANAN
2. BUYUT CIGOLER Ds. KASUGENGAN LOR
3. MAKAM DAWA Ds. BETASAN
4. MESJID KERAMAT Ds. DEPOK
5. SYEKH PASIRAGA Ds. DEPOK
6. PAKUNGWATI Ds. WARUGEDE

IX. KECAMATAN DUKUPUNTANG
1. BATU PRASASTI LUHU DAYEUH Ds. CIKALAHANG
2. BUYUT DAWI Ds. BALAD
3. BATU CELEK Ds. BALAD
4. SUMUR BALAD Ds. BALAD
5. SULTAN MULYANA (PANGERAN PAPAK) Ds. BALAD
6. SUMUR JAYA Ds. BALAD

X. KECAMATAN GEBANG
1. MAKAM SANTRI Ds. MEKARSARI
2. ASTANA GEBANG ILIR Ds. GETANG KULON
3. KERATON GEBANG Ds. GETANG KULON

XI. KECAMATAN GEGESIK
1. KI JANGKAR Ds. GEGESIK LOR
2. KI RAJA PENDITA Ds. GEGESIK LOR
3. KI GEDE GESIK Ds. GEGESIK KULON
4. KI PANUNGGUL Ds. GEGESIK KIDUL
5. KI WARGA Ds. GEGESIK KIDUL
6. PASANGGRAHAN Ds. GEGESIK KIDUL
7. KI GEDE BAYALANGU Ds. BAYALANGU
8. GERUDA Ds. GEGESIK LOR
9. PANGERAN MARSUKI Ds. GEGESIK LOR
10. NYI LARA KELI Ds. PANUNGGUL

XII. KECAMATAN PALIMANAN
1. KI GEDE PALIMANAN Ds. PALIMANAN BARAT

XIII. KECAMATAN GEMPOL
1. BUYUT AMAD
2. SUNAN BONANG Ds. CUPANG

XIV. KECAMATAN KLANGENAN
1. SUMUR KERAMAT NYI AJENG Ds. DANAWINANGUN
2. MESJID KERAMAT KEBAGUSAN Ds. SITIWINANGUN
3. NYI GEDE JEMARAS Ds. JEMARAS
4. SURAWANA BAGO DUA Ds. BANGO DUA
5. BUYUT JAKA Ds. SERANG
6. BUYUT SERANG Ds. SERANG
7. NYI ENDANG GEULIS Ds. DANAWINANGUN
8. KI GEDE REKATINGAN Ds. REKATINGAN

XV. KECAMATAN KAPETAKAN
- SYEKH MAGELUNG SAKTI Ds. KARANG KENDAL

XVI. KECAMATAN KELIWEDI
1. KI GEDE KALIWEDI Ds. KALIWEDI
2. KI MADUN JAYA Ds. GUWA

XVII. KECAMATAN KEDAWUNG
1. BALONG TUK Ds. KERTAWINANGUN
2. SYEKH MAJAGUNG Ds. KEDUNGJAYA
3. BRAMASARI Ds. KEDUNGJAYA
4. PANGERAN AKMAD PANJI Ds. KALIKOA

XVIII. KECAMTAN KARANG SEMBUNG
1. BUYUT NURYADI Ds. KALIMEANG
2. BUYUT KADIS Ds. KALIMEANG
3. BUYUT MAYAGIRI Ds. KARANGMEKAR
4. BUYUT DJAISEM Ds. KARANGSEMBUNG
5. ARUMAN Ds. KALIMEANG
6. ASTANA PALIYANGAN Ds. KARANGMALANG
7. MBAH BUYUT MAINEM Ds. KARANGMALANG

XIX. KECAMATAN LEMAHABANG
1. CILAMPAYAN Ds. PICUNG PUNGUR
2. MAKAM MBAH BUYUT MUQOYIM Ds. TUK
3. MBAH BUYUT PANGERAN ARDI SELA Ds. TUK
4. MBAH KUWU CIREBON/ TALAPAK/ PATILASAN Ds. SINDANGLAUT
5. SINDANG PANCURAN Ds. SINDANG LAUT

XX. KECAMATAN LOSARI
1. KI BUYUT MERTASARA (BUYUT PASALEMAN) Ds. MULYASARI
2. JAMI AL QAROMAH Ds. MULYASARI
3. PANGERAN DEKEN Ds. BARISAN

XXI. KECAMATAN MUNDU
1. PANGERAN RAJA MUHAMAD Ds. LUWUNG
2. PANGERAN BRATA KELANA Ds. MUNDU GESIT

XXII. KECAMATAN PABEDILAN
1. MAKAM BATISARI Ds. PABEDILAN
2. BUYUT GAMENG Ds. BABAKAN LOSARI

XXIII. KECAMATAN PABUARAN
1. NYI RANDAH KASIH Ds. SOKADANA
2. KEDUNG OLENG Ds. HULUBANTENG
3. MBAH BUYUT SODIKIN Ds. HULUBANTENG
4. MESJID BAITURROHIM Ds. SUKADANA

XXIV. KECAMATAN PALIMANAN
1. BUYUT HASAN BASARI Ds. KEPUH
2. BUYUT KI BRAJA UNGKARAN Ds. PANGENAN
3. SUMUR CIRAWAT Ds. KEPUH
4. BUYUT PETABON GUNUNG GIWUR Ds. KEPUH
5. KI BUYUT JOHAR Ds. BALERANTE
6. PANCURAN DARIS Ds. BALERANTE
7. MESJID PANONGAN Ds. PANONGAN

XXV. KECAMATAN PENGURAGAN
1. PANGERAN SURYANEGARA Ds. LEMAH AMBA
2. BALONG KRAMAT Ds. PANGURAGAN LOR
3. PANGERAN JAGABAYAN Ds. PENGRAGAN LOR
4. KI BLUWUK Ds. PANGURAGAN LOR
5. NYI MAS GADING RONGGENG Ds. KALIANYAR
6. MAKAM PANDAWA Ds. KALIANYAR
7. SUMUR KEJAYAN Ds. PANGURAGAN LOR
8. LUMBUNG PADI Ds. PENGURAGAN
9. NYI MAS RATU GANDASARI Ds. PANGURAGAN

XXVI. KECAMAAN PASALEMAN
1. PATILASAN PANGERAN WALANGSUNGSANG Ds. TONJONG
2. KI BUYUT RANGGA KEMAYANG Ds. TONJONG
3. SUMUR KERAMAT JAPURA LOR Ds. JAPURA LOR

XXVII. KECAMATAN PANGENAN
1. KI GEDE JAPURA LOR Ds. JAPURA LOR
2. BUYUT LAGGENG Ds. RAWA URIP

XXVIII. KECAMATAN PLUMBON
1. NYI MAS GANDASARI Ds. BODE LOR
2. PANGERAN PURBAYA Ds. PURBAYA
3. SYEKH HAJI ABDULATIF Ds. MARIKANGEN
4. SUMUR GAMBIRAN Ds. CENGKUANG

XXIX. KECAMATAN PLERED
1. KI BUYUT TRUSMI Ds. TRUSMI WETAN
2. DANALAYA Ds. TEGALSARI

XXX. KECAMATAN SUSUKAN
1. NYI MAS PANDANSARI Ds. JATIANOM
2. KI PADAMARAN Ds. KEDONGDONG
3. MAKAM GAMAN/ MAKAM DAWA Ds. KEDONGDONG
4. KI BOGO Ds. UJUNG GEBANG
5. NYI BUYUT UJUNG GEBANG Ds. UJUNG GEBANG
6. NYI MAS JUNTI Ds. UJUNG GEBANG
7. KI TAMBAK Ds. UJUNG GEBANG
8. NYI WARJA Ds. UJUNG GEBANG
9. KI SELAPADA Ds. BUNDER
10. BUYUT ADIPATI GELONG Ds. JATI ANOM

XXXI. KECAMATAN SUSUKAN LEBAK
1. BATU TULIS HURUF CINA Ds. CIAWIJAPURA
2. SITUS TAMPIAN Ds. WILULANG
3. MBAH NURKALAM Ds. SUSUKAN LEBAK

XXXII. KECAMATAN SEDONG
1. NYI MAS PAKUNGWATI Ds. PUTAT
2. SYEKH ABDUL KAHFI Ds. PUTAT
3. BUKIT PASIR IPIS Ds. SEDONG KIDUL


XXXIII. KECAMATAN SUMBER
1. BALONG SUMBER KELURAHAN SUMBER
2. SITUS PASALAKAN KELURAHAN SUMBER
3. PLANGON KELURAHAN BABAKAN
4. PANGERAN PASAREAN KELURAHAN GEGUNUNG
5. WATA SEMAR KELURAHAN BABAKAN

XXXIV. KECAMATAN TENGAH TANI
1. MAKAM BUYUT MUJI Ds. DAWUAN
2. MAKAM BUYUT GESIK Ds. GESIK
3. MAKAM KI LAMAYAN Ds. DAWUAN

XXXV. KECAMATAN WALED
1. MAKAM KI BUYUT ROPISA Ds. CIKULAK
2. SITUS SELA SUTAJAYA Ds. WALED KOTA
3. SUMUR SELA Ds. CIKULAK KIDUL

XXXVI. KECAMATAN WERU
1. MEGU GEDE Ds. MEGU GEDE
2. BALE GEDE Ds. MEGU CILIK
3. DANALAYA Ds. TEGAL SARI

Dari berbagai sumber
READ MORE >> Inilah Data Situs Tiap Kecamatan Se-kabupaten Cirebon
 
Powered By essa.com | Portal Design By Sindang Laut © 2010