Photobucket

Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Objek Wisata Curug Bangkong

Ketinggian Curug Bangkong mencapai 23 m dengan lebar 3 meter. Bila musim hujan, debit airnya bakal membesar. Ketika itulah pemandangan fantastis bakal tercipta. Air terjun itu akan terbelah menjadi dua. Jangan heran bila orang-orang yang menyaksikannya akan berucap, “luar biasa!”. Dan rupanya, hal-hal luar biasa lainnya pun masih menjadi bagian dari daya tarik air terjun ini.

Curug Bangkong ternyata memiliki sejarah panjang yang jarang diketahui orang. Menurut cerita dari mulut ke mulut, dahulu kala, ada seorang tua bernama Wiria, berasal dari Ciamis. Ia seorang pertapa, yang sedang berkelana. Secara tak sengaja ia menemukan sebuah air terjun atau curug dalam bahasa Sunda. Ketika itulah batinnya merasa terpanggil oleh kekuatan gaib yang ada di sekitar curug. Wiria yakin itulah tempat yang tepat untuk melakukan ‘tirakatnya’. Pun ia yakin bila di tempat itu pula ia akan dapat ilafat.

Disela-sela tirakat panjangnya, pria berpostur tinggi besar ini menyempatkan diri bergaul dengan masyarakat. Tak hanya itu. Ia pun mendidik masyarakat setempat tata cara membuat gula kawung (gula merah), yang bahan mentahnya melimpah di lingkungan sekitar. Dengan setia pula masyarakat setempat mengikuti ajaran Wiria. Sehingga dalam waktu singkat, hampir seluruh penduduk desa pandai membuat gula kawung. Lama-lama pekerjaan itu menjadi mata pencaharian mereka.


Menjelma Kodok
Seiring dengan itu, nama Wiria menjadi tokoh yang disegani. Masyarakat memanggilnya Abah Wiria sebagai penghormatan. Suatu masa, kembali Wiria mendapat panggilan batin untuk melanjutkan tirakatnya. Ia pun kembali ke areal curug. Tak jelas betul di mana Abah Wiria melakukan semadinya. Itu karena Wirian diam-diam melakukannya. Menurut cerita pula, konon Abah wiria melakukan tapa bratanya itu di balik air terjun.

Lalu beredarlah informasi bila di balik air terjun itu ada sebuah gua atau lubang. Di duga kuat di gua itulah Abah Wiria melakukan semadinya. Berhari-hari, bahkan berbulan-bulan Abah Wiria berada di sana. Ini membuat warga desa bertanya-tanya. Mereka merasa kehilangan seorang tokoh yang selama ini membimbing. Mereka bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan Abah Wiria. Mereka juga khawatir terjadi sesuatu dengan tokoh yang berjasa itu.

Teka-teki keberadaan Abah Wiria pun merebak ke antero desa. Warga lantas berinisiatif mencarinya. Akan tetapi sosok Abah Wiria tak kunjung ditemukan. Ia hilang bak di telan bumi. Ada sebagian warga yang meyakini bila Abah Wiria sudah meninggal di dalam curug. Sementara yang lain meragukan karena jasadnya tak pernah ditemukan. Kabar yang paling santer adalah dugaan bila Abah Wiria menghilang (moksa) karena telah sempurna melaksanakan ritual tapa brata.

Macam-macam dugaan berkemang di dalam masyarakat yang mencintai Wiria. Sampai-sampai berkembang pula dugaan aneh soal Abah Wiria. Bahwa banyak yang meyakini bila tubuh orang tua itu telah menjelma menjadi seekor bangkong (kodok). Hal itu lantaran sepeninggal Abah Wiria, di sekitar air terjun itu sering terdengar suara kodok. Padahal selama ini, jarang warga di situ mendengar ada suara kodok. Anehnya, ketika suara kodok itu di dekati, tiba-tiba menghilang.

Berdasarkan dugaan itu, akhirnya air terjun itu diberinama Curug Bangkong. Dalam perkembangannya, banyak orang mengikuti jejak Abah Wiria bertapa di sekitar Curug Bangkong. Sehingga bila ada pendatang yang bermaksud melakukan tapa barata di sekitar curug, pasti akan disambut suara kodok. Nah, bila itu yang terjadi, konon seseorang akan bernasib baik. Doanya akan dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Wallahualam bis sawab.

Sumber : veltic.blogspot.com
 
Powered By essa.com | Portal Design By Sindang Laut © 2010