Photobucket

Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Apa Yang Dipikirkan Oleh Bayi?

Apa yang dipikirkan oleh bayi? Ini mungkin sudah menjadi pertanyaan rutin setiap ibu. Setiap kali menatap dalam ke mata bayinya, sang ibu akan bertanya: "Apa sih yang kau pikirkan, nak? Susu? Bebek-bebekan? Atau apa?"

Ternyata, menurut penulis buku "The Philosophical Baby" Alison Gopnik, otak bayi bekerja lebih keras daripada yang kita bayangkan. "Hingga sekitar 20 tahun yang lalu, para ilmuwan mengira bahwa bayi itu egosentris dan tidak logis," ujar Gopnik. "Namun kami menemukan bahwa, dalam banyak hal, bayi dan balita tahu, belajar dan berpengalaman lebih banyak bahkan dibandingkan orang dewasa!"

Seperti dilansir MSN Lifestyle, berikut beberapa temuan menarik Gopnik:
1. Bayi sudah mengerti Anda sejak dini
Selama ini orang menganggap bahwa anak-anak tidak akan bisa memahami pikiran orang lain hingga berusia tujuh tahun. Namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa mereka sudah mulai memahami sejak tujuh bulan. "Bahkan bayi yang masih sangat kecil tahu bahwa orang memiliki keinginan dan tujuan," ujar Gopnik. "Ketika melihat Anda menggapai sebuah benda, bayi mengerti bahwa Anda ingin memegangnya."

2. Balita tahu bahwa bahwa teman khayalannya tidak nyata
Menurut Gopnik, hampir 70 persen anak-anak memiliki teman khayalan. Bersahabat dengan teman khayalan adalah cara mereka untuk memahami dunia. "Pada usia tiga atau empat, anak-anak mengerti bahwa teman khayalannya tidak nyata," kata Gopnik. "Tapi untuk mencoba memahami orang lain, mereka mulai membayangkan kemungkinan bagaimana jika orang itu tingginya sepuluh kaki atau tidak terlihat orang lain."

3. Anak-anak butuh jawaban bak tanaman perlu air
Ketika anak Anda terus-menerus bertanya: "Mengapa, mengapa, mengapa?" dia sebenarnya bukan sedang berusaha untuk mengganggu Anda. Menurut Gopnik, anak memang tak tahan untuk tidak bertanya. "Anak-anak terdorong untuk mencari tahu mengenai dunia sebanyak mungkin," katanya. "Untuk itulah mereka mendesak orang dewasa demi jawaban."

Untuk itu, kuncinya adalah bersabar, beri mereka jawaban dan persiapkan diri untuk menghadapi hari-hari di mana Anda akan ditekan anak demi sebuah jawaban.

sumber: Liputan6.com
 
Powered By essa.com | Portal Design By Sindang Laut © 2010