Sekarang mari kita mempertimbangkan hal ini sedikit lebih rinci. Bagian luar kulit bumi adalah kulit batuan yang tebalnya kira-kira 10 sampai 30 mil. Kulit ini kadang-kadang disebut “litosfir”. Bagian-bagian yang tinggi dari kulit ini adalah benua-benua, dan bagian-bagian yang rendah menampung air samudera-samudera, laut-laut dan danau-danau dalam yang besar. Semua air yang ada di atas permukaan, termasuk yang ada di samudera-samudera, danau-danau, sungai-sungai, dan semua aliran yang lebih kecil, disebut “hidrosfir”.
Manusia hanya mampu mengamati bagian yang paling jauh dari kulit batuan yang membentuk bagian luar kulit bumi, dan itulah sebabnya mengapa begitu sulit untuk mengetahui bagaimana rupa bumi pada bagian dalamnya. Dalam sumur-sumur pemboran dan tambang-tambang penggalian, telah ditemukan bahwa semakin dalam sebuah lubang, semakin tinggi suhunya. Pada jarak dua mil di bawah permukaaan bumi, suhunya cukup tinggi untuk mendidihkan air.
Tetapi para ilmuwan juga telah menemukan tentang bagian dalam bumi dari studi-studi tentang gempa bumi. Mereka berpendapat bahwa suhu tidak meningkat sedemikian cepat di bagian dalam seperti di kulit bumi. Jadi, mereka berpendapat bahwa pada inti atau pusat bumi suhu tidak akan lebih dari 10.000 derajat Fahrenheit. Tentu saja, suhu itu sangat panas, karena suhu 2.200 derajat dapat mencairkan batu-batuan!
Kulit bumi mempunyai dua lapisan. Lapisan atas, yang membentuk benua-benua, mengandung granit. Di bawah lapisan granit terdapat lapisan tebal batuan yang sangat keras yang disebut “basal”. Para ilmuwan berpendapat bahwa pada pusat bumi terdapat sebuah bola baja cair yang sangat besar, dengan diameeter kira-kira 4.000 mil. Antara bagian tengah bola dan lapisan batuan terdapat sebuah kerangka yang tebalnya kira-kira 2.000 mil yang disebut “mantel”. Kemungkinan besar mantel itu terbuat dari sejenis batuan yang disebut “olivine”.